PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK
Berhasil mendidik anak-anak dengan baik adalah impian semua orang tua. Setiap orang tua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia, namun apakah pada kenyataannya semudah itu? Mayoritas orangtua pernah mengalami kesulitan dalam mendidik buah hati tercinta.
Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
1. Jika anak dibesarkan dengan celaan,maka ia belajar memaki
2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
3. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
4. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
5. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
6. Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
7 Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
8. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
9. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
Pola asuh orang
tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak,
dari segi negative maupun positif.
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh
orang tua:
1. Pola Asuh Demokratis
2. Pola Asuh Otoriter
3. Pola Asuh Permisif
4. Pola Asuh Penelantar
1. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola
asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini
juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya
kepada anak bersifat hangat.
2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter sebaliknya
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi
dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak
bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum.
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang
tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal
kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini
tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh Permisif atau pemanja
biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam
bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang
tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
4. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar.
Orang tua tipe ini pada umumnya
memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka
banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga
kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini
adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang
depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada
anak-anaknya.
PEGARUH POLA ASUH ORANGTUA
Pola asuh demokratis akan
menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan
karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara
sosial.
Pola asuh penelantar akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang
bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah,
sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Dari karakteristik-karakteristik
tersebut di atas, kita dapat mawas diri, kita masuk dalam kategori pola asuh
yang mana. Apabila kita memahami pola asuh yang mana yang cenderung kita
terapkan, sadar atau tidak sadar, maka kita dapat segera merubahnya.
Kita juga bisa kita melihat, bahwa
harga diri yang rendah terutama adalah disebabkan karena pola asuh orang
tua yang penelantar. Banyak sekali para orangtua terutama para wanita karier
yang suda mempunyai anak yang lebih cinta kepada pekerjaannya daripada kepada
anaknya sendiri. Dia lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari uang dan uang.
Dia lupa kalau di rumah ada anak-anaknya yang membutuhkan kasih dan sayang dia.
Pergi kerja disaat anaknya masih tertidur pulas, lalu pulang ketika anaknya
sudah tertidur pulas lagi. Sehingga, anak-anak lebih mengenal pembantunya
daripada sosok ibunya sendiri.
0 comments:
Post a Comment